22
Okt
09

BARA SEMANGAT DARI KELAS DARURAT

Terik mentari pada Sabtu (17/10) pukul 11:00 WIB, tidak dipedulikan oleh puluhan anak berseragam putih-merah. Mereka tetap bersemangat, kendati berada dibawah tenda terpal setinggi 2 meter berlogo UNICEF.

“Ayo anak-anak, siapa yang masih ingat, tanggal berapa bencana gempa bumi melanda daerah kita?” ujar Zuarti, guru Bahasa Indonesia dihadapan puluhan siswa Kelas III Sekolah Dasar Negeri No 40 Koto Panjang Baruang-Baruang Balantai, Kecamatan Koto XI Tarusan, Kabupaten Pesisir Selatan (Pessel), Sumatra Barat (Sumbar).

Pertanyaan tersebut langsung disahuti puluhan suara centang sembari rebutan mengacungkan tangan.

“Saya bu, saya bu, saya bu,” ucap para siswa serempak.

“Ayo, Sari, coba kamu,” kata Zuarti.

Sosok bertubuh mungil, berseragam lusuh dan kedodoran yang duduk dikursi belakang terlihat langsung berdiri.

“Tanggal 30 September, tepatnya pada hari Rabu sore, Bu,” ucap Sari dengan lantang.

“Bagus, sekarang siapa yang tahu jam berapa kejadiannya,” tanya Zuarti lagi.

Puluhan tangan mungil kembali terlihat mengacung ke udara.

“Saya bu, saya lagi bu, saya tahu bu,” kata para siswa.

“Ayo, Rika, coba jawab,” kata ibu guru bertubuh sedikit gemuk ini.

“Pukul 17:00 WIB, buk,” jawab Rika.

“Pintar, tepatnya pukul 17:15 WIB,” terang Zuarti.

Sementara itu, di ruang yang sama, siswa kelas IV terlihat tidak kalah antusias, walau hanya belajar pendidikan Agama, para bocah terlihat berebutan untuk dapat tampil ke depan kelas.
“Saya bu, Saya bisa bu, saya lagi bu,” katanya.

“Coba kamu Rezi Ahmat, bacakan hapalan ucapan ayat-ayat sholat,” kata Junaida, guru Agama di sekolah itu.

“Baik, bu,” kata Rezi Ahmat, dengan langkah sedikit bergegas menuju ke depan kelas.

Pemandangan menarik ini, terlihat di Sekolah Dasar Negeri (SDN) No 40 Koto Panjang Baruang-Baruang Balantai, Kecamatan Koto XI Tarusan, Kabupaten Pesisir Selatan (Pessel), Sumatra Barat (Sumbar).

Untuk menuju ke sana, harus melewati jembatan gantung sepanjang 50 meter dipinggir jalan raya Padang – Painan, berlokasi 15 meter dari Pasar Tradisional di Nagari Baruang-baruang Balantai, Kecamatan Koto XI Tarusan.
Lalu, dilanjutkan dengan berjalan kaki sejauh 500 meter arah timur, hamparan sawah terlihat menyapa di sepanjang kiri-kanan jalan menuju lokasi.

Kondisi sekolah itu, sangat miris, sebab seluruh bangunan sekolah tersebut hancur akibat gempa pada Rabu 30 September.

Alhasil, seluruh siswa yang rata-rata anak petani dan peladang terpaksa belajar di tenda bantuan UNICEF.

“Namun, kita tetap berbangga dan bersyukur, minat belajar dan semangat para siswa tidak hancur seperti gedung sekolah mereka, kehadiran malah mencapai 95 persen setiap harinya,” kata Desnizar, Kepala SDN No 40 Koto Panjang Baruang-Baruang Balantai kepada ANTARA yang berkunjung ke lokasi, Sabtu pagi.

Sementara ini, ucap Desnizar, karena kondisi darurat, praktek belajar mengajar (PBM) juga terpaksa dibagi atas tiga tahapan, karena mereka baru mendapat satu tenda UNICEF. Siswa pun terpaksa harus belajar dua kelas dalam satu tenda.

“Anak kelas VI dan V, belajar pukul 07:30 – 10:00 WIB, kemudian dilanjutkan anak kelas IV dan III pada pukul 10:00 – 12:30 WIB, sedangkan anak kelas II dan I terpaksa belajar diteras rumah salah seorang warga setempat (dekat sekolah, red),” katanya.

Desnizar berharap, sekolah yang dikepalainya segera mendapat tambahan tenda, kalau bisa berbarengan dengan bantuan buku-buku pelajaran.

“Pasalnya, tidak cuma bangunan yang hancur, seluruh buku-buku pelajaran ikut hancur, diguyur hujan dan tertimpa reruntuhan tembok bangunan sekolah,” katanya.

Tenda Tambahan dan Buku Pelajaran
Kepala Dinas Pendidikan Pessel, Dian Wijaya yang berkunjung ke lokasi pada Sabtu siang, langsung mengabulkan permintaan tadi.

“Saya terharu melihat semangat belajar para siswa di sini, seluruh ruang sekolah mereka hancur, tapi semangat belajar mereka tetap membara, mengalahkan ketakutan atas guncangan gempa,” katanya.

Menyoal permintaan pihak Sekolah, tambah Dian, pemkab bakal segera mengabulkan.

“Untuk tenda, hari ini juga Sabtu, red, kita akan mendirikannya di sini, sedang untuk buku pelajaran, segera diantar dalam watu dekat,” katanya.

Yang jelas, ucapnya lagi, PBM jangan sampai terganggu dan tetap harus berlangsung.

“Untuk perbaikan bangunan, akan diupayakan oleh pemkab melakukan renovasinya,” kata Dian.

SDN No 40 Koto Panjang Baruang-Baruang Balantai, adalah satu dari puluhan bangunan sekolah terparah dan hancur akibat gempa di Pessel.

Di mana, sekitar 120 unit banguan sekolah, ditemui dalam kondisi rusak parah, terbanyak dialami bangunan sekolah dasar.
“Ini merupakan hasil laporan pendataan dilakukan tim verifikasi dari Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora, red) Sumbar, yang turun mengecek langsung ke Pessel,” kata Dian.

Di antaranya, gedung Taman Kanak-kanak 4 unit, SD 81, SMP 19, SMA 11, dan SMK 5 unit.

Untuk ruang kelas, ucap Dian, tim verifikasi menemukan total kerusakan sebanyak 446 ruang kelas.

Di antaranya, 117 ruang rusak berat, 132 rusak sedang, dan 197 rusak sedang.

“Khusus sekolah dasar, 85 ruang kelas rusak berat, 67 rusak sedang, dan 106 rusak ringan,” katanya.

Menyikapi hal tersebut, Pemkab Pessel sudah menditribusikan sejumlah tenda sekolah bantuan UNICEF, terutama ke sekolah rusak berat.

“Hingga Selasa kemarin, pemkab mendapat bantuan 23 unit tenda sekolah dari UNICEF, sebagian sudah dibagikan, dengan harapan para siswa dapat terus sekolah kendati bangunan gedung mereka hancur,” katanya.

Menyoal kerugian, ucap Dian, pihaknya belum dapat memperkirakan, karena masih dalam perhitungan pihak bersangkutan.

Data pihak Disdik setempat, total bangunan sekolah di Pessel berjumlah 556 unit, terdiri 87 TK, 384 SD, SMP 53, SMA 19, dan SMK 13.

Sedangkan total siswa dari keseluruhan tingkatan sekolah tadi 10.109 orang.

Mendiknas Jamin Rehab Sekolah Rusak
Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Bambang Sudibyo menjamin akan merehabilitasi semua gedung sekolah yang rusak akibat gempa di Sumatra Barat.

“Semua gedung sekolah yang rusak pasti direhab sehingga pendidikan di Sumatra Barat bisa kembali berjalan. Biasanya dua tahun sudah bisa berjalan normal,” katanya di sela-sela peresmian perluasan Perpustakaan Depdiknas di Jakarta, Kamis lalu, seperti diwartakan ANTARA.

Saat dirinya ke Sumbar, katanya, Gubernur setempat juga telah mengupayakan bantuan bagi sekolah-sekolah rusak di kabupaten/kota yang terkena gempa.

“Untuk setiap kelas yang rusak berat akan dibangunkan pengganti kelas darurat dengan alokasi APBD Rp8 juta, sehingga dalam seminggu kelas darurat sudah bisa digunakan belajar,” katanya.

Jumlah gedung sekolah yang rusak dan hancur akibat gempa 7,9 SR di Sumbar (30/9) yang terdata hingga kini telah mencapai 1.929 unit.

Data Sarkorlak Penanggulangan Bencana Sumbar menyebutkan, dari 1.929 gedung sekolah yang terdata rusak itu, sebanyak 889 unit di antaranya rusak berat dan tidak dapat digunakan lagi.

Sementara gedung sekolah yang mengalami rusak sedang mencapai 581 unit dan rusak ringan 459 unit.

Kerusakan gedung sekolah paling banyak terdata di Kota Padang yakni 561 unit dalam kondisi rusak berat, 377 rusak sedang dan 351 rusak ringan.

Di Kabupaten Padang Pariaman yang rusak berat 196 unit, dan 14 rusak ringan.

Gedung sekolah lainnya yang rusak berat, masing-masing di Kota Pariaman 41 unit, Kabupaten Pasaman Barat (21), Tanah Datar (5), Kabupaten Solok (4) dan masing-masing tiga unit di Kota Solok, Padang Panjang, Kabupaten Pasaman dan Kepulauan Mentawai.

Jam sudah menunjukkan pukul 12:30 WIB, para siswa terlihat mulai meninggalkan sekolah “tenda” mereka dan berencana pulang.

Entah sengaja atau tidak, Suci dan Rezi Ahmat, dua siswa yang terlihat energik dalam belajar tadi, terlihat berjalan beriringan.

Baru lima belas meter berjalan, mereka serempak melongok ke arah gedung sekolah mereka yang hancur.

Ke dua bocah cilik tadi, tiba-tiba mengacung jempol ke arah rombongan Diknas Pessel yang masih berada di lokasi, seolah mengisyaratkan pesan.

“Gempa tak menyurutkan semangat kami para siswa miskin untuk tetap sekolah, kendati berpanas-panasan di bawah tenda darurat,”
Usai mengacungkan tangan, keduanya terlihat membalikan badan, dan berlarian menuju arah rumah masing-masing.


0 Tanggapan to “BARA SEMANGAT DARI KELAS DARURAT”



  1. Tinggalkan sebuah Komentar

Tinggalkan komentar


BRANKAS Tulisan

PENGUNJUNG

hit counter image

MAP

KOMUNITAS

Photobucket Photobucket